Penulis: M. Sholekhudin
Wandi bukan anak baru gede lagi. Masa  pubernya sudah lewat cukup lama, lima belas tahun yang lalu, saat masih  di SMP. Waktu itu, ia, yang mengaku punya kepribadian kurang percaya  diri, menjadi semakin minder bergaul karena pubertas membuat wajahnya  menjadi ladang bisul-bisul kecil berlemak. Ia menyebut masa itu sebagai  “Perang Dunia Pertama” melawan jerawat.
Sejak tahun-tahun  terakhir kuliahnya, ia sudah hampir lupa dengan masalah jerawat. Namun,  begitu lulus dan bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi, ia kembali  disibukkan oleh masalah jerawat. Kali ini bukan di wajah, tetapi di  punggung. Bagian badan yang hanya bisa ia raba tapi tak bisa dilihat  langsung.
Meskipun tidak sampai bikin minder, tetap saja jerawat  itu membuatnya tidak nyaman. Tak jarang, jerawatnya pecah sendiri, lalu  sisa nanah dan darah membekas di bajunya. Jika tidak tahan, kadang  jerawat itu dipencetnya dengan ujung kuku. Tak jarang pula, pria jomblo  yang sudah kebelet nikah ini minta tolong kawannya untuk memencet.
Akan  tetapi, naga-naganya cara-cara tadi tidak menyelesaikan masalah.  Jerawat tetap saja mengganas, lebih-lebih jika ia sedang stres. Setelah  hampir setahun terlibat “Perang Dunia Kedua” melawan jerawat, ia baru  bisa mengalahkan musuh bebuyutannya itu. Ternyata ia keliru  memperlakukan kulitnya yang mudah berkeringat.
Tiap kali  berangkat bekerja, karena naik motor, ia memakai jaket yang melindungi  pakaian kerjanya. Saat pulang kerja malam hari, ia biasa langsung  menonton teve dengan masih menggunakan pakaian kerja. Tak jarang sampai  ketiduran di depan teve. Jika begitu, otomatis ia hanya mandi satu kali  pada hari itu.
Rupanya kebiasaan inilah yang membuat punggungnya  jerawatan. Atas saran dari kawannya yang bosan dimintai tolong memencet  jerawat, ia mengubah kebiasaannya. Tiap kali pulang kerja, ia langsung  mandi dan ganti baju. Jika banyak berkeringat, dalam sehari kadang ia  mandi sampai tiga kali. Tak lupa ia juga memakai bedak antiseptik untuk  punggungnya. Tiap kali tanggal muda, ia mengganti beberapa pakaiannya  dengan yang berbahan katun. Sejak itu, jerawatnya sedikit demi sedikit  hilang.
Karena lembab dan tertutup
Secara  umum jerawat di punggung sebetulnya sama dengan jerawat di wajah.  “Prinsip awal terjadinya jerawat itu sama,” kata dr. Sandra Widaty,  Sp.KK, ahli kulit dari FKUI, Jakarta. Baik di wajah maupun di punggung,  jerawat bisa disebabkan oleh empat pemicu.Pertama, karena kerja kuman  Propionibacterium acnes. Bakteri ini merupakan penghuni normal di  permukaan kulit manusia. Ia bisa hidup di wajah maupun di punggung.  Dalam keadaan normal, ia sebetulnya tidak berbahaya. Cuma, ketika kulit  kurang terjaga kebersihannya, ia berulah dan menyebabkan timbulnya  jerawat.
Faktor kedua, tingginya produksi kelenjar minyak  di kulit (sebum). Itu pula sebabnya jerawat mudah dialami  orang yang kulitnya berminyak. Jika dua faktor ini berkumpul, maka  jerawat tentu akan lebih mudah terjadi. Artinya, mereka yang kulitnya  berminyak dan kurang menjaga kebersihan lebih berpeluang menjadi  pelanggan jerawat.
Faktor ketiga, adanya gangguan proses  pengelupasan lapisan kulit luar. Jika ini terjadi, lapisan  kulit yang mestinya mengelupas itu malah akan menyumbat saluran kelenjar  sebum. Semua faktor ini bisa menyebabkan jerawat, baik di wajah maupun  di punggung. Faktor terakhir adalah reaksi radang.
Semua  ini merupakan faktor umum yang menyebabkan gangguan kulit yang kita  sebut sebagai acne vulgaris (acne: jerawat, vulgaris: biasa). Di wajah  maupun di punggung, sama saja.
Khusus di punggung, ada beberapa  faktor lain yang menyebabkan jerawat makin mudah muncul. Misalnya pemakaian  baju yang rangkap-rangkap. Persis seperti yang terjadi pada  Wandi. Efek ini akan makin bertambah jika yang bersangkutan berada di  ruangan yang gerah, panas. Kondisi gerah akan merangsang tubuh untuk  mengeluarkan keringat. Sementara, pada saat yang sama keringat sulit  kering karena punggung tertutup oleh pakaian yang tebal. Ditambah lagi,  dalam kondisi lembap, kuman juga menjadi lebih mudah berkembang biak.  Lengkaplah sudah.
Ini merupakan salah satu perbedaan penting  antara wajah dan punggung. Wajah berada di daerah terbuka, mudah terkena  debu, tapi tidak lembap. Punggung sebaliknya. Bagian ini berada di  daerah tertutup, tidak mudah kena debu tapi mudah lembap akibat  keringat. Jerawat di punggung juga bisa berupa “jerawat yang tidak  biasa”. Bintil-bintil mirip jerawat tapi bukan acne vulgaris. Contohnya,  erupsi akneformis. Ini berupa kelainan kulit yang muncul secara  tiba-tiba. Bentuknya menyerupai jerawat tapi bukan jerawat  biasa. “Jadi, bintil-bintil di punggung itu tidak selalu jerawat,” ujar  Sandra. Di wajah pun begitu. Umumnya memang jerawat, tapi tidak semua  bintil-bintil adalah jerawat biasa.
Jerawat yang tidak biasa ini  misalnya disebabkan oleh efek samping pemakaian obat.  Contohnya, kortikosteroid sistemik dan INH. Kortikosteroid biasanya  digunakan untuk mengobati alergi atau asma. Sedangkan INH biasa  digunakan dalam terapi tuberkulosis paru. Jika seseorang memakai  obat-obat ini lalu timbul bintil-bintil di punggungnya, mungkin saja itu  bukan jerawat biasa, tapi mungkin erupsi akneformis, misalnya.
Contoh  lain jerawat yang tidak biasa adalah bintil-bintil di punggung akibat  infeksi jamur tertentu. Bentuknya seperti jerawat biasa.  Seperti kita tahu, jerawat ada yang bentuknya bintil-bintil merah, ada  pula yang bintil-bintil kuning bernanah. Bentuk seperti ini juga bisa  dijumpai pada infeksi jamur tertentu yang lokasinya di punggung.
Secara  fisik, bentuk bintil-bintil ini sulit dibedakan dari jerawat biasa.  Yang membedakan adalah rasa gatal yang ditimbulkan. Jerawat biasa  umumnya tidak begitu gatal, sekalipun sampai bernanah. Tapi khusus  jerawat akibat infeksi jamur ini, kata Sandra, gatalnya terasa lebih  jelas.
Yang penting pencegahan
Karena  penyebabnya bisa macam-macam, pengobatan jerawat di punggung pun bisa  berbeda-beda. Tergantung penyebabnya. “Yang utama dalam masalah jerawat  itu bukan hanya bagaimana mengobatinya. Tapi yang lebih penting lagi  adalah bagaimana mencegah supaya tidak muncul lagi,” tandas Sandra. Ini  patokan utama yang harus kita pegang dalam perang melawan jerawat karena  memang gangguan kulit ini mudah kambuh lagi jika penyebabnya tidak  dihilangkan.Sebelum pengobatan dilakukan, pertama-tama harus  diidentifikasi dulu penyebabnya. Jika pencetusnya adalah kuman, itu  artinya kebersihan badan harus lebih dijaga. Harus rajin mandi. Minimal  dua kali sehari, pagi dan sore. Jika perlu, tiga kali sehari.
Sabunnya?  Tak perlu sabun khusus. Kata Sandra, sabun mandi biasa pun (bukan sabun  antiseptik) sudah cukup efektif untuk menjaga kebersihan badan. Selain  bisa mencegah berkembang-biaknya kuman, mandi juga bisa mencegah jerawat  akibat produksi kelenjar minyak yang berlebihan.
Agar punggung  tidak lembap, tiap kali pulang dari mana pun, kita harus segera membuka  pakaian. Supaya punggung kena udara bebas dan keringat bisa kering.  Sandra juga menyarankan agar kita menghindari pakaian yang ketat supaya  tetap ada sirkulasi udara di punggung. Untuk meminimalkan pengaruh  keringat, gunakan pakaian berbahan katun atau bahan lain yang adem dan  menyerap keringat. Jangan biasakan tetap memakai pakaian yang basah  akibat keringat.Kebiasaan bilang ntar dulu, menunda mandi setelah pulang  kerja, harus dibuang jauh-jauh.
Jika masalahnya adalah gangguan  pengelupasan sel kulit, jerawat bisa dicegah dengan scrubbing. Cara ini  akan membantu pengelupasan sel kulit yang sudah mati sehingga ia diganti  oleh sel kulit yang baru. Tapi Sandra menegaskan, scrubbing ini hanya  disarankan untuk kasus jerawat yang masih kecil-kecil, yang masih berupa  komedo, bintik-bintik kecil. Kalau jerawat sudah gede-gede, apalagi  sudah bernanah, cara ini tidak lagi dianjurkan. Malah bisa berbahaya  sebab akan memperparah peradangan yang ada. Jika ada infeksi, proses  scrubbing mungkin akan menyebabkan kuman malah menyebar.
Acara  pencet-memencet juga harus ditinggalkan. Apalagi sampai menyuruh orang  lain untuk melakukannya. Entah jerawat wajah atau punggung, cara ini  tidak dianjurkan. Alasannya jelas. Pertama, cara ini tidak menyelesaikan  masalah. Kedua, bisa saja malah menyebabkan infeksi. Sekalipun “hanya”  di punggung, infeksi tetap harus dihindari. Ketiga, cara pencet paksa  akan meninggalkan bekas noda hitam di punggung.
Supaya jerawat  cepat sembuh, Sandra juga menyarankan agar konsumsi kalori dibatasi.  Kurangi makanan yang banyak mengandung lemak. Ini sebetulnya tak ada  hubungannya dengan keyakinan sebagian orang yang menganggap jerawat  terjadi akibat kita makan lemak. Bukan itu.
Lemak tidak  menyebabkan jerawat secara langsung. Akan tetapi, pembatasan kalori  memang diketahui bisa mempercepat penyembuhan jerawat. Lemak perlu  dibatasi karena, seperti kita tahu, nilai kalorinya paling tinggi di  antara jenis kalori lain misalnya karbohidrat atau protein. Pada mereka  yang tidak membatasi makan, jerawat biasanya akan lebih sulit sembuh.  Itulah sebabnya konsumsi makanan sebaiknya dibatasi. Jadi, cokelat,  susu, telur, dan sebangsanya tetap boleh saja dimakan, asal jangan  banyak-banyak.
Jika penyebab jerawat adalah pemakaian  obat-obatan, tentu ini sudah merupakan urusan dokter. Ini batas ketika  kita harus pergi ke dokter.
Ketika jerawat masih berupa  bintil-bintil kecil akibat sumbatan kelenjar minyak, kita masih bisa  menanganinya sendiri. Dengan cara menjaga kebersihan badan, mengurangi  masukan kalori, sesekali scrubbing, dan cara lain yang bisa kita lakukan  sendiri. Namun, begitu jerawat sudah berupa bintil-bintil bernanah,  apalagi jumlahnya banyak dan disertai rasa gatal atau bahkan  senut-senut, itu pertanda bahwa kita harus pergi ke dokter. Segera!